Anggota Komisi I DPR Achmas Basarah (F-PDI Perjuangan) menilai
paradigma pembangunan kawasan perbatasan harus segera dirubah.
"Perbatasan bukan lagi sebagai wilayah terbelakang namun perlu dukungan
politik dari eksekutif dan legislatif," ujarnya disela-sela Kunjungan
Kerja komisi I DPR ke perbatasan Mota Ain di Atambua, Selasa (9/3).
Menurutnya ada beberapa hal yang perlu diperhatikan pada cara pandang
perbatasan. Pertama cara memandang dan memposisikan kawasan perbatasan
harus bukan lagi sebagai wilayah terbelakang tetapi justru sebagai
beranda NKRI.
"Oleh karena posisinya sebagai beranda Republik maka pembangunan kawasan perbatasan harus mendapat skala prioritas utama dan bukan hanya dianggap beban pembangunan," tegasnya.
"Oleh karena posisinya sebagai beranda Republik maka pembangunan kawasan perbatasan harus mendapat skala prioritas utama dan bukan hanya dianggap beban pembangunan," tegasnya.
Kedua, katanya, mind-set pemerintah juga harus dengan
tidak memandang pembangunan di kawasan perbatasan hanya pada aspek
ekonomis atau hitung-hitungan untung rugi saja.
"Karena pembangunan kawasan perbatasan bukan hanya menyangkut aspek
nilai ekonomis saja tetapi yang lebih penting adalah kewibawaan dan
kredibilitas NKRI di mata negara2 tetangga dan dunia internasional,"
ujarnya.
Dengan demikian diperlukan political will dan political done yang kuat dari Pemerintah dan DPR untuk membuat dan melaksanakan blue print
pembangunan kawasan perbatasan secara menyeluruh, integral dan
berkesinambungan. Oleh sebab itu, menurut Basarah diperlukan sebuah
badan khusus yg bertugas mengkoordinasikan pembangunan kawasan
perbatasan yg melibatkan semua kementrian dan badan-badan terkait
termasuk Pemda setempat.
Dengan tugas dan fungsi seperti itu, lanjutnya, maka Badan Pengelola
Kawasan Perbatasan yang baru dibentuk atas dasar Inpres No. 2 tahun 2002
harus dipimpin oleh pejabat setingkat minimal Wakil Presiden agar dapat
menginstruksikan menteri-menteri dan kepala-kepala badan.
"Koordinasi di bawah Wapres menjadi penting karena selama ini
terhambatnya pembangunan kawasan perbatasan salah satunya karena ego
sektoral antar departemen dan lembaga-lembaga lainnya begitu sangat
dominan," tegasnya.
Ia pun berharap, program peningkatan dan efektifitas pembangunan kawasan perbatasan bukan lagi sekedar wacana saja. (da)Sumber : http://www.dpr.go.id